Saturday, 9 May 2015

Bercak Merah Saat Anak Demam Tak Harus Campak - Kompas

19:24 Posted by SUCCESS No comments

KOMPAS.com -  Saat anak demam dan timbul bercak merah di seluruh badan, seringkali dianggap penyakit campak (gabag, karumut). Padahal, campak tidak harus selalu ditandai dengan demam yang disertai bercak merah. Berbagai penyakit lain juga dapat timbul dengan gangguan seperti itu.

Kesalahan diagnosis tersebut bukan hanya terjadi pada orang awam, dokterpun sering terkecoh oleh tampilan berbagai penyakit lain yang dianggap sebagai campak. Sehingga, seringkali anak didiagnosis campak lebih dari sekali, karena seharusnya bila terkena penyakit campak seumur hidup tidak pernah terkena lagi karena mempunyai kekebalan alamiah permanen.

Bila diagnosis campak tidak benar, anak tidak diimunisasi campak karena sudah mengalami campak, padahal diagnosisnya tidak benar. Keadaan ini berisiko anak dapat terkena penyakit campak yang sebenarnya. Ciri khas penyakit campak adalah bercak merah timbul masih disertai pilek, masih demam tinggi, bercak merah semakin banyak sampai 5-7 hari, dan seminggu berikutnya timbul bekas kehitaman.

Penyakit Yang Menyerupai

1. Exantema Subitum. Kelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering terjadi yang sering dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam 1-3 hari setelah demam hilang baru timbul bercak kemerahan diseluruh tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan hilang tidak membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih terjadi, seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah yang ada. Kelainan ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

2. DBD. Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai bercak kemerahan yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

3. Rubela. Rubela atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Penyakit ini sering ringan dan serangan sering berlalu tanpa diketahui. Penyakit ini bisa berlangsung satu sampai tiga hari. Anak-anak sembuh lebih cepat daripada orang dewasa. Infeksi dari ibu oleh virus Rubella saat hamil bisa serius, jika ibu terinfeksi dalam 20 minggu pertama kehamilan, anak bisa lahir dengan sindrom rubella bawaan (CRS), yang memerlukan berbagai penyakit tak tersembuhkan yang serius. Aborsi spontan terjadi pada hingga 20% kasus. Virus ini menular lewat udara. Rubela juga biasanya ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk melakukan tes Rubela sebelum hamil. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan berisiko cacat.

4. Infeksi mononukleoss. Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes. Setelah menyususp ke dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi). Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. 

5. Erupsi obat Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik. Pada pemeriksaan fisik, hampir di seluruh tubuh tampak papul eritematous diskret. Pengobatannya dengan terapi sistemik berupa kortikosteroid dan antihistamin dan topikal.

6. Penyakit Kawasaki. Penyakit ini juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening, penyakit simpul mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar bayi, yang mempengaruhi banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan dinding pembuluh darah, tetapi efek yang paling serius adalah pada jantung mana ia dapat menyebabkan dilasi aneurismal parah.

Penyakit Campak

Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Penyebab Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam.

Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring.

Mereka yang rentan terhadap campak adalah:
- bayi berumur lebih dari 1 tahun
- bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
- remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

Gejala

- Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium :

Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.

Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.

Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

- Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk mewaspadai timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan risiko komplikasi berat.

- Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler (coryza) - batuk (cough) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah (conjuctivitis). Adanya demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.

-2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

- Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius.  Sekitar 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

- Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah (otitis media)

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil

5. Diare dapat diikuti dehidrasi

6. Laringotrakeobronkitis (croup)

7. Bronkopneumonia

8. Reaktifasi tuberkulosis

9. Malnutrisi pasca serangan campak

10. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset lambat.

Pencegahan

- Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
- Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
- Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risiko tinggi transmisi virus campak.
- Strategi reduksi campak terdiri dari : Pengobatan pasien campak dengan memberikan vitamin A . Imunisasi campak PPI : diberikan pada umur 9 bulan. campak dapat diberikan bersama vaksin MMR pada umur 12-15 bulan. Mass campaign, bersamaan dengan Pekan Imunisasi nasional
- Catch-up immunization, diberikan pada anak sekolah dasar kelas 1-6, disertai dengan keep up dan strengthening.

(Dr Widodo Judarwanto SpA adalah dokter spesialis anak dari RS Bunda Jakarta, Klinik Kesulitan Makan, Jl. Rawasari Selatan 50, Cempaka Putih, Jakarta Pusat)

Tips Tentang Demam atau Panas Tubuh - Info Ibu - Informasi

19:16 Posted by SUCCESS No comments
BERAPAKAH SUHU TUBUH MANUSIA NORMAL?---

Suhu tubuh manusia diatur oleh system thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36.5C dan 37.5C.

Suhu tubuh normal manusia  akan bervariasi dalam sehari.  Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. 

Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda.  Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37 C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36.5 C sedang di rectum (anus) sekitar 37.5 C.

"Panas atau Demam terjadi bila pengambilan suhu tubuh melalui mulut (dibawah lidah) DIATAS 37.5 C".

Biasanya demam sendiri diikuti oleh kondisi lainnya, seperti gejala dan tanda lainnya yang sering dapat membantu untuk menemukan penyebab dari terjadinya demam tersebut. 

Sebagai contoh, mual dan muntah dengan panas tubuh, berarti adanya gangguan didaerah  pencernaan.  Atau demam yang disertai oleh batuk dengan reak maka gangguan adalah pada saluran pernafasanya.

KAPANKAH SEBAIKNYA BERKONSULTASI KE DOKTER?--------

Seperti yang dikatakan sebelumya bahwa demam kadang bukan sesuatu yang buruk,---karena demam adalah proses respon tubuh terhadap infeksi itu sendiri . 

Tetapi ada beberapa keadaan dimana anda sebaiknya mencari pertolongan medis atau konsultasi ke dokter anda, yaitu:

*Untuk bayi dibawah 3 bulan dengan suhu tubuh diatas 38C.

*Untuk anak yang lebih tua dan orang dewasa , sebaiknya konsultasikan ke dokter anda bila :

- Terdapat panas yang naik turun dalam 3 hari ; 
- Suhu meningkat diatas 39 C ;
- Adanya panas yang disertai menjadi tidak mau makan dan minum sertai gelisah; mual muntah; sakit kepala hebat; sakit perut; timbul rash pada kulit; kesulitan pernafasan; atau gejala lainnya yang tidak dapat dijelaskan.

© Dr.Suririnah-www.infoibu.com

© Hak cipta pada www.infoibu.com.  Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.  Dilarang menyalin, mempublikasikan, meng-copy isi situs tanpa seizin Infoibu.com. Infoibu.com tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan informasi bila dipublikasikan diluar Infoibu.com.  www.infoibu.com memberikan panduan informasi kesehatan keluarga anda, yang semata sebagai penyebaran informasi dan edukasi, yang tidak merupakan dasar diagnosa, pengobatan dan perawatan.  Tetaplah berkonsultasi kepada dokter anda untuk menjalani pengobatan dan perawatan kesehatan. Pemakaian Informasi di situs ini diluar tanggung jawab penerbit www.infoibu.com.

Kesihatan bayi - BabyCenter - Pregnancy week by week, baby

18:28 Posted by SUCCESS No comments

Denggi dan kanak-kanak

Top resources

  • Demam bayi
  • Najis bayi: Apa yang normal
  • Muntah: apa yang normal
  • Jaundis: bayi baru lahir
  • Apakah kolik?

In community

Forum ibu bapa baru

Denggi dan kanak-kanak

Demam bayi

Apakah kolik?

Influenza A(H1N1) dan anak anda

Muntah: apa yang normal dan apa yang tidak normal

Bila harus hubungi doktor (bagi ibu bapa bayi)

Jaundis

Najis bayi anda: Apa yang normal dan apa yang tidak

Menyusu dan seriawan (thrush)

Sembelit dan bayi anda

Alergi makanan dan intolerans

Kejutan anafilaksis dan reaksi alergi

Selesema dan bayi anda

Meningitis

Jerebu: melindungi bayi anda

Alergi

Cirit-birit dan bayi anda

Kemalangan keracunan

Kerak kepala

Penyakit kanak-kanak dan vaksin-vaksinnya

Kutu kepala

Ruam lampin

Ruam panas

Asma

Jangkitan telinga

Ekzema dan kanak-kanak

Ujian dan pemeriksaan bayi baru lahir

Cacar air dan bayi anda

Spina bifida

Sindrom Down

Bayi kami baru lahir. Bagaimana kami boleh tahu bila perlu membawanya berjumpa doktor?

Zakar tidak turun

Kebimbangan biasa mengenai imunisasi

Imunisasi: apa yang boleh dijangka pada hari itu

Adakah imunisasi selamat?

Bolehkah bayi saya diberi pelalian jika dia batuk atau selesema?

Pelindung matahari yang bagus untuk bayi dan anak kecil

Adakah bayi saya mengalami mabuk perjalanan?

Cara memberi bayi anda ubat

Cara mengambil bacaan suhu bayi

Gigitan serangga

Bolehkah anda jadi terlalu pembersih?

Peti pertolongan cemas: apa yang perlu disimpan di rumah

Normalkah bagi bayi mempunyai bulatan gelap di bawah mata?

Adakah puting kosong mengganggu pertumbuhan gigi bayi?

Track your babys development

Join now to receive free weekly newsletters tracking your babys development and yours throughout your pregnancy.

Trying to conceive? | Sedang cuba hamil?

Privacy policy & terms

Semua Tentang Demam (Common Cold) Mommies Daily

18:15 Posted by SUCCESS No comments

Pilek,  hidung mampet dan disambung dengan batuk, biasanya ini formula paling jitu untuk mengakibatkan demam :(.  Mommies pasti udah sedia termometer kan? Yang paling akurat memang termometer air raksa. Tapi nggak praktis yah kalau perlu mengukur beberapa kali dalam waktu yang singkat. Lebih praktis termometer digital. Tapi harus selektif memang, karena termometer digital banyak yang kurang akurat.

Gambar dari sini

Ketika anak sedang demam, termometer penting ada di sekitar tempat tidur karena suhu badan anak harus selalu terpantau. Dari alur naik turunnya demam, dokter terbantu juga dalam membuat diagnosis. Ada penyakit yang karakternya panas  tinggi, susah turun kecuali dikasi penurun panas. Ada juga yang panasnya naik turun, dimana turunnya justru masuk fase kritis, seperti misalnya demam berdarah dengue.

Apa sih demam itu sebenarnya?

Demam adalah mekanisme tubuh untuk melawan infeksi. Infeksi dapat berupa gangguan dari penyakit atau hal yang lain (tumbuh gigi pada anak-anak misalnya). Bibit penyakit akan melemah dan musnah pada lingkungan bersuhu tinggi. Karena itu demam perlu untuk mematikan penyakit. Bila demam diturunkan saat penyakit belum sepenuhnya musnah, suhu tubuh akan naik lagi terpicu masih adanya bibit penyakit.

Sering menurunkan suhu tubuh dengan obat membuat pertahanan melawan penyakit jadi terganggu. Ibaratnya mau perang senjatanya diambil melulu. Yang harusnya tiga hari sembuh malah jadi semakin lama.

Patokan dasar suhu tubuh yang memerlukan intervensi adalah:

  • Bayi usia di bawah 3 bulan dengan suhu di atas 38ºC
  • Bayi usia 3-6 bulan dengan suhu di atas 38,5ºC
  • Bayi dan anak di atas usia 6 bulan dengan suhu di atas 39ºC
  • Pantauan ekstra untuk anak dengan bakat kejang demam

Saya sendiri begitu anak lewat dari 6 bulan masih mencoba bertahan walaupun suhu tubuh di kisaran 39ºC, sepanjang anak tidak menunjukkan kegelisahan yang parah. Kalo rewel dan agak lemas sih pasti ya, namanya juga lagi sakit. Tapi selama masih bisa tidur cukup tenang selama minimal dua jam setiap kalinya, saya pilih home treatment dulu sebelum memberi parasetamol.

Berikut langkah-langkah home treatment:

  • Asupan cairan. Kecukupan cairan saat demam, menghindarkan anak (dan orang dewasa juga) dari dehidrasi. Di sisi lain, dehidrasi sendiri menimbulkan kenaikan suhu. Jadi cukupnya cairan bisa menstabilkan suhu tubuh walau tidak secara drastis menurunkannya. Banyak minum juga merangsang tubuh untuk berkeringat yang kemudian juga akan sedikit menurunkan suhu. Asupan cairan disini ngga cuman minuman aja ya. Makanan berkuah banyak, es loli, es buah dan buah-buahan, homemade jeli, dan semacamnya juga banyak mengandung air.
  • Berendam air hangat. Efeknya mirip dengan kompres, tapi mengurangi kerewelan karena kalo sambil main air biasanya anak lebih anteng ketimbang harus pasang kain kompres.
  • Oiya, moms sudah tahu kan ya kalau kompres itu bukan dengan air dingin/air es, tapi dengan air hangat atau suam-suam kuku? Kompres dingin (termasuk produk-produk kompres tempel yang harus dimasukkan ke kulkas dulu itu), akan mengirimkan sinyal yang salah kepada tubuh bahwa ada bagian tubuh yang masih terlalu dingin. Jadi tubuh malah akan lebih meningkatkan suhunya untuk mengimbangi yang masih dingin. Kompres juga akan lebih efektif sebenarnya bila yang dikompres adalah ketiak ketimbang dahi karena titik terpanas tubuh sebenarnya ada di daerah ketiak, bawah lidah, dan anus.
  • Bila anak sangat gelisah, rewel, ngga bisa tertidur lelap setidaknya satu jam, mungkin memang perlu obat penurun panas untuk meredakan panasnya. Sejauh ini hanya parasetamol yang masih dianggap paling aman sebagai pereda panas dan nyeri pada anak-anak dan ibu hamil (contohnya: Sanmol, Tempra, Panadol, Dumin). Dalam dosis yang sesuai anjuran tentunya yaa.
  • Penurun panas yang berbasis ibuprofen (contohnya: Proris) dan asam asetilsalisilat/asetosal (contohnya: Aspirin/Bodrexin/Contrexyn) dapat menimbulkan efek samping luka pada lambung karena termasuk obat yang cukup keras. Aspirin bahkan sudah dilarang untuk anak dibawah 18 tahun karena menimbulkan efek samping jangka panjang sindroma Reye.

Saat memilih obat, perhatikan juga kandungan alkoholnya ya Mom.

Kapan harus ke dokter?

Ketika demam belum turun sesudah lewat 72 jam tanpa ada gejala lain yang mengikuti dan telah dilakukan tes urine untuk mencoret kemungkinan ISK (infeksi saluran kemih).

Rata-rata demam berlangsung dua atau tiga hari. Demam yang baru berlangsung 1-2 hari tanpa gejala lain dan tanpa tes urine atau tes darah, tidak bisa ditegakkan diagnosanya. Dalam kondisi ini biasanya dokter hanya akan memberikan obat yang umum dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Obat jadi tidak efektif dan hanya memperberat kerja metabolisme tanpa hasil dan efek yang pasti.

Patokan sederhana untuk demam yang umum (tetap lakukan cross check ke dokter untuk mengantisipasi penyakit yang lebih kompleks ya):

  • Jika demamnya mengiringi batuk pilek, dapat dipastikan tubuh sedang melawan virus common cold. Demam ini bisa berlangsung seminggu.
  • Jika demamnya hanya sore hari, ada kemungkinan typhoid.
  • Jika anak berusia di bawah 36 bulan, demamnya tinggi terus-terusan selama 3-4 hari setelah itu langsung normal sendiri, anak mulai aktif kembali, dan muncul ruam-ruam merah, berarti anak habis kena virus roseola. Walau kebanyakan roseola menyerang anak di bawah 36 bulan, tapi di atas 3 tahun juga masih bisa terserang ya.
  • Jika mirip roseola tapi ruamnya muncul waktu anak masih panas, kemungkinan campak.
  • Jika panasnya 3-4 hari kemudian panas turun tapi anak malah lebih lemes, layu, dan kehilangan kesadaran ketimbang waktu suhu badannya tinggi, ada kemungkinan DBD.

Semoga tulisan ini bisa membantu untuk bertindak lebih efektif ketika si kecil demam ya Mommies. Dan kalo ada ada yang lagi sakit, semoga cepat sembuh :)

*dari pengalaman pribadi dan berbagai sumber, salah satunya http://milissehat.web.id/

Bercak Bintik Merah pada Bayi setelah Demam

17:48 Posted by SUCCESS No comments

Hari kamis minggu lalu uly telepon memberi kabar bahwa lex tiba-tiba demam. Suhu lex mulai naik sampai 38,4 °C. Pertolongan pertama sesuai anjuran dokter kami berikan parasetamol untuk menurunkan panas. Karena panas tidak kunjung turun maka saya pulang kantor agak cepat dan kami segera ke dokter. Dokter melihat tenggorokan lex agak merah, jadi kami pulang dengan 1 obat puyer dan 1 obat sirup untuk mengobati radang tenggorokan.

Besoknya ternyata panas lex kembali naik hingga diatas 39 °C. Kali ini uly menghubungi dokter lewat telepon dan dianjurkan menggunakan ibuprofen menggantikan parasetamol sebagai penurun demam. Panas lex pun berangsur turun.

Hari ketiga, paginya lex masih agak hangat. Untungnya hari sabtu, jadi aku bisa ikut jaga lex seharian. Sorenya kami mulai lebih tenang karena panas lex semakin turun.

Bercak Merah Setelah DemamHari minggu sepertinya lex sudah normal kembali. Tapi anehnya hari senin pagi tiba-tiba saja mulai keluar bercak atau bintik merah pada lex. Bintik itu di beberapa tempat terlihat banyak. Aku berangkat kerja sambil meminta uly terus memantau kondisi lex. Siangnya uly telepon lagi dokter karena bercak merah tersebut terus menyebar. Dokter sepertinya tenang dan tidak khawatir. Menurutnya bercak itu ialah dampak dari demamnya kemarin, jadi selama suhu tubuh normal dokter tidak menganjurkan kami untuk periksa.

Karena tetap tidak tenang hari itu saya juga pulang cepat, tapi mengingat dokter mengatakan tidak perlu periksa saya mencoba mencari-cari informasi di internet. Ternyata saya menemukan informasi mengenai penyakit Roselia Infantum, yang di sebabkan oleh virus dan umumnya menyerang bayi pada usia 6 bulan 2 tahun. Gejalanya ialah demam tinggi selama beberapa hari, kemudian timbul bercak merah pada saat demamnya hilang, persis seperti yang lex alami. Bercak merah itu tidak gatal dan juga tidak menggangu bagi bayi, tapi pengaruh lain bayi mungkin akan menjadi sedikit rewel, mudah capek dan hilang nafsu makan.

Tidak ada pengobatan khusus yang dianjurkan, cukup banyak istirahat dan jangan sampai kurang minum. Bercak merah itu akan hilang dengan sendirinya dalam 1 atau 2 hari. Pada hari rabu (masuk hari ketiga sejak bercak merah mulai keluar) lex sudah benar2 pulih dan sudah tidak ada lagi bercak merah. Sekarang lex sudah aktif kembali bermain (^_^)

Berikut link untuk informasi lebih rinci mengenai penyakit ini:

* Gambar di ambil tanpa ijin dari KidsHealth

Thank you for reading article Bercak Bintik Merah pada Bayi setelah Demam

Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan Balita

16:36 Posted by SUCCESS No comments

DokterSehat.com Kejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit.

Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.

Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

SEGERA BAWA KE DOKTER

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.

Setelah itu,jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.

Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.

Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.

Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.

CIRI-CIRI KEJANG

Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:

kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas

  • gigi terkatup
  • muntah
  • tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
  • pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
  • pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

TIPS ATASI KEJANG DEMAM

Berikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .

Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.

Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.

Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.

Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.

Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.

Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.

Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.

Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.

YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA

  • Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
  • Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan korsleting/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.
  • Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.
  • Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.

KEJANG TANPA DEMAM

Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.

Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.

Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.

BISA DIALAMI SEMUA ANAK

Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.

Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.

Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).

Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.

Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang. Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.

JANGAN SAMPAI TERULANG

Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.

Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.

Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.

Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.

DIMONITOR TIGA TAHUN

Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.

Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.

Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.

Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.

Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.

RAGAM PENYEBAB

Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan, penjabarannya satu per satu di bawah ini.

* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.

Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).

* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.

* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.

WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN

Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.

Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.

Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh. Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.

MENOLONG ANAK KEJANG

  1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan.
  2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.
  3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.
  4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan kejang meliputi :

1. Penanganan saat kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.

* Turunkan demam :

Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.

Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan air biasa.

* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.

* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.

2. Pencegahan Kejang* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.

* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.

ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN

Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.

Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.

Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.

Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus.

sumber

Demam - Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas

16:22 Posted by SUCCESS No comments

Demam

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Lompat ke:pandu arah, cari

Demam (juga dikenali sebagai pyrexia atau hiperthermia terkawal[1]) merupakan isyarat perubatan biasa dengan cirri-ciri peningkatan suhu melebihi julat biasa 36.537.5 °C (97.799.5 °F) disebabkan peningkatan pada titik set pengawal suhu badan .[2] Peningkatan pada titik set ini mencetus ton otot dan menggigil.

Ketika suhu badan meningkat, terdapat rasa sejuk umum sungguhpun suhu badan meningkat. Sebaik sahaja tahap suhu baru dicapai terdapat rasa panas. Demam merupakan satu tindak imunisasi balas yang cuba menangani jangkitan bacteria atau virus. Demam boleh dicetuskan oleh pelbagai keadaan dari selamat kepada potensi serius. Kecuali demam yang tinggi, rawatan biasanya tidak diperlukan, bagaimanapun, ibuprofen adalah berkesan bagi menurunkan suhu badan.

Demam berbeza daripada hiperthermia luar kawal[1], biasanya dirujuk hanya sebagai hiperthermia, dari segi hiperthermia merupakan peningkatan suhu badan melebihi titik set pengawalansuhu badan, akibat penghasilan suhu melampau/ pengawalan suhu yang tidak mencukupi.

Takrifan

Suhu badan mempunyai julat yang besar.[3] Demam biasanya dipersetujui sekiranya:

  • Suhu pada dubur adalah atau melebihi 37.538.3 °C (99.5100.9 °F)[1][3]
  • Suhu pada mulut (oral) adalah pada atau melebihi 37.7[convert: needs unit name][4]
  • Suhu pada ketiak (axillary) atau pada telinga (otic) adalah pada atau melebihi 37.2 °C (99.0 °F)

Pada orang dewasa yang sihat julat bagi suhu mulut adalah 33.238.2 °C (91.8100.8 °F), bagi dubur ia adalah 34.437.8 °C (93.9100.0 °F), bagi selaput tympanik ia adalah 35.437.8 °C (95.7100.0 °F) dan bagi ketiak (axillary) ia adalah 35.537.0 °C (95.998.6 °F).[5]

Suhu badan mungkin meningkat selepas aktiviti berat tetapi ini tidak dianggap sebagai demam kerana titik set suhu badan adalah normal. Orang tua memiliki kurang keupayaan bagi menghasilkan haba badan, dengan itu suhu tahap rendah mungkin juga mewakili penyakit asas yang serius.

Apa itu demam

Demam adalah suatu keadaan di mana suhu badan melebihi 370C disebabkan oleh jangkitan atau keradangan.

Tanda dan gejala

  1. Badan panas bila disentuh
  2. Pernafasan meningkat
  3. Muka menjadi merah
  4. Tidak aktif dan lemah, sentiasa mahu tidur
  5. Resah gelisah
  6. Tiada selera makan
  7. Menggigil

Tindakan yang di ambil

  1. Biarkan pesakit berehat di tempat yang mempunyai peredaran udara yang baik.
  2. Pakaikan pakaian nipis.
  3. Beri minum air yang banyak.
  4. Beri ubat menurut arahan
  5. Mandi berjelum (mandi lap) jika suhu melebihi 380C.

Amaran

Sila bawa anak anda berjumpa doktor dengan segera sekiranya :-

  1. Anak anda mempunyai suhu yang tinggi kerana suhu yang tinggi berpanjangan boleh mengakibatkan sawan.
  2. Demam yang berlarutan melebihi 3 hari, terutama sekiranya terdapat lapuran kes demam denggi, malaria atau sebarang penyakit bawaan nyamuk dikawasan sekitar.


Jenis

Pola perubahan suhu mungkin sekali-sekala membayangkan diagnosis perubatan:

  • Demam terhenti-henti: Suhu tinggi hanya hadir bagi beberapa jam sehari dan normal pada waktu yang lain, contoh. malaria, kala-azar, pyaemia, atau septicemia. Dengan malaria, mungkin terdapat demam dengan tempoh 24 jam (harian / quotidian), 48 jam (demam setiap dua/tiga hari (tertian)), atau 72 jam (demam setiap tiga/empat hari (quartan), menunjukkan Plasmodium malariae). Pola ini mungkin kurang jelas bagi pengembara.
  • Demam Pel-Ebstein: Demam khusus yang dikaitkan dengan lymphoma Hodgkin, demam tinggi pada satu minggu dan renda pada minggu berikut dan seterusnya. Bagaimanapun, terdapat perdebatan samaada pola ini benar-benar wujud.[6]
  • Demam berpanjangan: Suhu yang kekal melebihi normal sepanjang hari dan tidak berbeza melebihi dalam 24 jam, contoh. lobar pneumonia, demam kepialu, jangkitan salur kencing, brucellosis, atau tifus. Demam kepialu mungkin menunjukkan pola demam khusus, dengan peningkatan bertingkat perlahan, dan puncak yang tinggi.
  • Demam Naik turun (Remittant): Suhu kekal melebihi normal sepanjang hari dan naik turun lebih dari dalam 24 jam, contoh. Jangkitan endokarditis.

Demam neutropenik, juga dipanggil febrile neutropenia, adalah demam tanpa kehadiran fungsi system imunisasi normal. Disebabkan ketiadaan neutrophil melawan bakteria, jangkitan bacteria boleh merebak dengan pantas dan demam ini biasanya dianggap kecermasan perubatan. Demam ini lebih biasa dilihat pada mereka yang menerima kemoterapi pemendam imunisasi berbanding mereka yang sihat.

Febricula[7] adalah demam serdahana jangka pendek, punca tidak jelas, dan tanpa pathologi jelas.

Hiperpyrexia

Hiperpyrexia merupakan demam dengan suhu badan amat tinggi sama atau melebihi 41.5 °C (106.7 °F).[8] Suhu tinggi sedemikian di anggap kecermasan perubatan kerana ia mungkin menunjukkan keadaan sebenar yang serius atau membawa kepada kesan sampingan yang besar.[9] Punca biasa adalah pendarahan otak ([intracranial hemorrhage).[8] Punca lain yang mungkin termasuk sepsis, sindrom Kawasaki,[10], sindrom maligan neuroleptik, kesan dadah, sindrom serotonin, dan rebut thyroid.[9] Jangkitan merupakan punca biasa demam ketika suhu meningkat punca lain menjadi semakin biasa.[9] Jangkitan yang dikaitkan dengan hiperpyrexia termsauk: roseola, rubeola dan jangkitan enteroviral.[11] Penyejukan aggresif segera ke bawah <38.9 °C (102.0 °F) di dapati meningkatkan peluang terselamat.[9] Hiperpyrexia berbeza dari hiperthermia dari segi bagi hiperpyrexia mekanisma pengawal suhu badan meletakkan suhu badan melebihi suhu normal dan kemudian menghasilkan haba bagi mencapai suhu ini, sementara bagi hiperthermia suhu badan meningakt melebihi titik suhu ditetapkan oleh badan manusia..[8]

Hiperthermia

Hiperthermia berpunca dari beberapa sebab termasuk "heatstroke", sindrom maligan neuroleptik, hyperthermia maligan, perangsang seperti amphetamine dan kokain, tindak balas dadah idiosyncratic, dan sindrom serotonin.

Kegunaan

Terdapat pertikaian menyokong dan menolak kepentingan demam, dan isu ini adalah kontrovesi.[12][13] Kajian ini menggunakan haiwan bertulang belakang berdarah panas[14] dan manusia [15]in vivo, dengan sesetengah mencadangkan mereka sembuh lebih cepat dari jangkitan atau penyakit kritikal kerana demam. Kajian Findland mencadangkan pengurangan kematian bagi jangkitan bacteria apabila demam hadir.[16]

Secara teori, demam mampu membantu dalam pertahanan badan.[12] Terdapat sesetengah tindak balas imunisasi penting yang dipertingkatkan oleh suhu, dan sesetengah pathogen dengan kecenderungan suhu ketat boleh dielakkan.[17] Demam mungkin berguna pada tahap tertentu kerana ia membenarkan badan mencapai suhu tinggi, menyebabkan persekitaran tidak menyenangkan bago sesetengah pathogen. Sel darah putih juga membiak dengan pantas kerana persekitaran yang sesuai dan mampu membantu melawan pathogen dan mikrob merbahaya yang lain yang menceroboh badan.

Penyelidik [18] telah menunjukkan bahawa demam memiliki beberapa fungsi penting dalam proses penyembuhan:

  • Peningkatan pergerakan leukocytes
  • Peningkatan phagocytosis leukocytes
  • Pengurangan kesan endotoksin
  • Peningkatan pembiakan sel T [19]
  • Peningkatan aktiviti interferon[19]

Pada haiwan lain

Demam merupakan ciri penting bagi diagnosis perubatan bagi penyakit haiwan ternakan. Suhu badan haiwan yang diambil melalui dubur, berbeza dari satu spesies dengan spesies yang lain. Sebagai contoh, kuda dikatakan demam pada suhu 38.5 , sementara lembu di katakan demam pada suhu 39.6 .

Bagi spesies yang membenarkan tubuh memiliki julat suhu normal yang luas, seperti unta, ia kadang-kala sukar bagi menentukan tahap demam (febrile stage).

Rujukan

  1. 1.01.11.2 Axelrod YK, Diringer MN (May 2008). "Temperature management in acute neurologic disorders". Neurol Clin 26 (2): 585603, xi. doi:10.1016/j.ncl.2008.02.005. PMID 18514828. 
  2. Karakitsos D, Karabinis A (September 2008). "Hypothermia therapy after traumatic brain injury in children". N. Engl. J. Med. 359 (11): 117980. PMID 18788094. 
  3. 3.03.1 Laupland KB (July 2009). "Fever in the critically ill medical patient". Crit. Care Med. 37 (7 Suppl): S2738. doi:10.1097/CCM.0b013e3181aa6117. PMID 19535958. 
  4. Barone JE (August 2009). "Fever: Fact and fiction". J Trauma 67 (2): 4069. doi:10.1097/TA.0b013e3181a5f335. PMID 19667898. 
  5. Sund-Levander M, Forsberg C, Wahren LK (June 2002). "Normal oral, rectal, tympanic and axillary body temperature in adult men and women: a systematic literature review". Scand J Caring Sci 16 (2): 1228. PMID 12000664. 
  6. Hilson AJ (July 1995). "Pel-Ebstein fever". N. Engl. J. Med. 333 (1): 667. PMID 7777006.  . They cite Richard Asher's lecture Making Sense (Lancet, 1959, 2, 359)
  7. Febricula, definition from Biology-Online.org, consulted June 7, 2006 http://www.biology-online.org/dictionary/Febricula
  8. 8.08.18.2 Loscalzo, Joseph; Fauci, Anthony S.; Braunwald, Eugene; Dennis L. Kasper; Hauser, Stephen L; Longo, Dan L. (2008). Harrison's principles of internal medicine. McGraw-Hill Medical. pp. Chapter 17, Fever versus hyperthermia. ISBN 0-07-146633-9. 
  9. 9.09.19.29.3 McGugan EA (March 2001). "Hyperpyrexia in the emergency department". Emerg Med (Fremantle) 13 (1): 11620. PMID 11476402. 
  10. Marx, John (2006). Rosen's emergency medicine: concepts and clinical practice. Mosby/Elsevier. p. 2506. ISBN 9780323028455. 
  11. Marx, John (2006). Rosen's emergency medicine: concepts and clinical practice. Mosby/Elsevier. p. 2506. ISBN 9780323028455. 
  12. 12.012.1 Schaffner A. Feveruseful or noxious symptom that should be treated? Ther Umsch 2006; 63: 185-8. PMID 16613288
  13. Soszynski D. The pathogenesis and the adaptive value of fever. Postepy Hig Med Dosw 2003; 57: 531-54. PMID 14737969
  14. Su, F.; Nguyen, N.D.; Wang, Z.; Cai, Y.; Rogiers, P.; Vincent, J.L. Fever control in septic shock: beneficial or harmful? Shock 2005; 23: 516-20. PMID 15897803
  15. Schulman, C.I.; Namias, N.; Doherty, J., et al. The effect of antipyretic therapy upon outcomes in critically ill patients: a randomized, prospective study. Surg Infect (Larchmt) 2005; 6:369-75. PMID 16433601
  16. Rantala S, Vuopio-Varkila J, Vuento R, Huhtala H, Syrjänen J. Predictors of mortality in beta-hemolytic streptococcal bacteremia: A population-based study. J Infect. March 2, 2009. PMID 19261333
  17. Fischler, M.P.; Reinhart, W.H. Fever: friend or enemy? Schweiz Med Wochenschr 1997; 127: 864-70. PMID 9289813
  18. Craven, R and Hirnle, C. (2006). Fundamentals of nursing: Human health and function. Fourth edition. p. 1044
  19. 19.019.1 Lewis, SM, Heitkemper, MM, and Dirksen, SR. (2007). Medical-surgical nursing: Assessment and management of clinical problems. sixth edition. p. 212

Bacaan lanjut

  • Rhoades, R. and Pflanzer, R. Human physiology, third edition, chapter 27 Regulation of body temperature, p. 820 Clinical focus: pathogenesis of fever. ISBN 0-03-005159-2

Pautan luar

  • (Inggeris) Apa yang perlu anda lakukan sekiranya anak anda mengalami demam. dari Hospital kanak-kanak Seattle
  • (Inggeris) Fever and Taking Your Child's Temperature
  • (Inggeris) US National Institute of Health factsheet
  • (Inggeris) BUPA factsheet
Diambil daripada "http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Demam&oldid=3226240"